AKU MEMAAFKANMU, PADAHAL.......
Aku Memaafkanmu....
Sebuah kata yang mudah diucapkan, namun ternyata melaksanakannya tak semudah membalikkan telapaktangan. Sebagai makhluk sosial, tentunya dalam berinteraksi dengan orang lain kita pernah menyakiti hati orang lain dan kita pun pernah tersakiti. Maaf merupakan kata yang mudah untuk diucapkan. Seperti karakter Mpok Minah dalam sitkom Bajaj Bajuri yangs elalu mengucapkan kata maaf sebelum ia mengatakan sesuatu. Namun seringkali lisan telah mengucapkan kata maaf tapi hati masih tak rela untuk memaafkan. Malah ketika orang yang sama berbuat kesalahan lagi maka kita akan mengungkit kesalahannya yang dulu, padahal pada waktu itu kita sudah memafkannya tapi kenapa terungkit lagi? Berarti kita belum benar-benar ikhlas memafkannya.
Ada sebuah kisah yang pernah saya dengar tentang dua orang yang bersahabat sebut saja mereka Faiz dan Rahman. Dua orang yang bersahabat itu sedang berjalan-jalan di tepi pantai menikmati indahnya pemandangan tenggelamnya sang matahari. Ada hal yangmenarik yang dilakukan oleh salah satu diantara mereka. Ketika ada perlakuan atau kata-kata Faiz yang meyakiti Rahman, maka Rahman akan berhenti dan menuliskannya di atas pasir, tapi jika ada kata Faiz yang memujinya maka ia akan tuliskan pujian sahabatnya itu di atas batu karang. Ia lakukan itu selama dalam perjalanan sore itu. Faiz merasa aneh dengan kelakuan sahabatnya, Rahman. Kemudian ia menanyakan kepada Rahman apa maksud dari perbuatannya itu. Kemudian Rahman menjelaskan kepada Faiz, ketika ada kata-katamu yang menyinggung dan menyakiti hatiku dan aku memaafkanmu maka aku menuliskannya di atas pasir, itu berarti aku benar-benar memaafkanmu dan berusaha untuk melupakannya seperti air laut yang menyapu tulisan itu. Sebaliknya ketika aku menuliskan sesuatu di atas batu karang, aku menuliskan pujian-pujian atau sesuatu yang membahagiakan yang telah kau katakan kepadaku,karena aku sangat berterima kasih padamu dan tidak akan melupakannya dan suatu saat aku akan melihatnya dan membalas kebaikanmu. Kemudian Rahman mengajak sahabatnya itu untuk menyusuri kembali jalan yang sudah dilaluinya, dan yang mereka temukan hanyalah tulisan yang berada dia atas batu karang, sedangkan tulisannya di atas pasir sudah hilang tersapu airlaut.
Seringkali kita hidup di masa lalu dan tidak bisa berdamai dengan hati sendiri, kita selalu mengingat-ingat kesalahan orang lain yang membuat kita menyakiti hati kita sendiri bahkan ada orang yang membawa sakit hatinya sampai akhir hayatnya. Dan ia sangat tertekan karenanya. Ia tidak merasakan kebahagiaan, seolah-olah dunia ini sempit. Seandainya jika ia mau berdamai dengan hatinya sendiri dan mau memaafkan dengan ikhlas, ia akan merasakan ketenangan dan kebahagiaan.
Terkadang kita salah memaknai kebahagiaan, kebahagiaan diartikan sebagai sesuatu yang dicari dan bisa dirasakan jika kita memiliki semua yang kita inginkan. Padahal ketika seseorang tidak mempunyai apa-apa, ia bisa merasa bahagia ketika ia bisa menerima keadaannya apa adanya. Dan ia bisa bahagia ketika hatinya sudah ikhlas memaafkan orang lain.Untuk bisa memaafkan orang lain dengan ikhlas, kita harus bisa memahami perbedaan bukan menyamakan perbedaan. Seringkali pergesekan terjadi ketika kita berbeda persepsi dengan orang lain, dan kita memaksakan supaya persepsi orang itu sama dengan kita,begitupun sebaliknya. Sehingga bila persamaan persepsi itu tidak terjadi, kita sakit hati karena merasa orang lain tidak bisa memahami kita. Hal ini bertentangand engan maksud Allah SWT, yang menciptakan manusia berbeda-beda untuk saling melengkapi. Sudah sunatullah setiap manusia mempunyai perbedaan. Perbedaan pendapat, perbedaan selera, perbedaan kehendak,perbedaan kepentingan, perbedaan fisik dan lain sebagainya. Bahkan dua orang kembar identik sekalipun pasti ada perbedaannya. Sehingga lumrah saja jika seseorang mempunyai persepsi yang berbeda danmenyikapi sesuatu pun berbeda dengan kita.Setelah kita memahami perbedaan itu, untuk bisa memafkan orang lain kita harus belajar mendengarkan orang lain tanpa menghakimi. Seringkali kita berpura-pura mendengarkan padahal di dalam hati kita sudah menghakimi dan tidak memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menjelaskan latar belakang kenapa ia melakukan semua itu. Mengapa Allah menciptakan telinga 2 , satu di kanan dan satu di kiri sementara Dia menciptakan mulut hanya 1? Karena kita diminta untuk lebih banyak mendengarkan daripada berbicara.
Selain itu agar bisa memaafkan orang lain dengan ikhlas, janganlah selalu mengingat-ingat kesalahannya.Tapi ingatlah kebaikan-kebaikan yang sudah ia lakukan terhadap kita. Percayalah, kebaikannya masih lebih banyak daripada kesalahannya. Tentunya diperlukan kejujuran dan kerendahan hati kita untuk mengakui kebaikan orang tersebut.Dan jika kita belum bisa melakukan itu semua –memahami perbedaan, belajar mendengarkan dan mengingatkebaikannya - maka belajarlah untuk menata hati, agar bisa melakukan semua itu.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home