Thursday, May 08, 2008

AKHIR KEHIDUPAN

Pernahkah kau berpikir tentang suatu keniscayaan?
Suatu kepastian yang akan menghampiri setiap yang hidup.
Suatu kepastian yang merupakan awal dari kehidupan yang hakiki.
Ya, dialah kematian.
Pernahkah terpikir kapan kita akan mati?
Apakah dua puluh tahun lagi? Lima puluh tahun lagi? ketika sudah renta, rambutmu telah memutih dan kulitmu berubah menjadi keriput? ataukah lima tahun lagi, satu tahun lagi ataukah hari esok atau bahkan detik ini, disaat kau masih kuat, muda dan energik?
Pernahkan terpikir dalam kondisi yang bagaimanakah ketika maut menjemput?
Apakah dalam keadaan sedang mencari keridhoan Ilahi, meniti jalan ketaqwaan ataukah sebaliknya ketika masih berlumuran dosa dan melakukan kemaksiatan (Naudzubillah)?
Apakah akhir dari episode kehidupanmu di dunia akan happy ending, sad ending ataukah bahkan berakhir dengan tragis?
Ketika ajal menjelang,apakah kau akan tersenyum bahagia karena akan segera bertemu dengan Sang Khalik yang ditunggu-tunggu dan orang-orang akan menangis karena ditinggalkan oleh kebaikan-kebaikan yang selalu kita lakukan? Ataukah kau akan terbelalak ketakutan dan menangis atas apa yang telah kau perbuat di dunia fana ini, sementara orang-orang yang kau tinggalkan tertawa bahagia karena pada akhirnya orang yang selama ini mereka benci, yang mereka sumpah serapahi sudah tiada?
Atau diibaratkan seperti tenggelamnya matahari yang menandakan berakhirnya hari. Apakah kita akan mengakhiri hari ini dengan tenggelamnya matahari dengan cerah dan indah sehingga bayak orang yang mengabadikan moment sunset, ataukah akan mengakhirinya dengan hujan badai yang gelap gulita penuh dengan petir, kilat menyambar-nyambar yang ditakuti orang?
Akhir seperti apakah yang akan dipilih?
Itu terserah kepada kita masing-masing, menjalani hidup adalah menjalani sebuah pilihan. Dan setiap pilihan memiliki konsekuensi masing-masing. Manusia diberi akal dan pikiran untuk memilih.Kita selalu melakukan hal yang kontradiktif, menginginkan tujuan akhir yang baik namun menjalani kehidupan dengan tidak baik. Tentunya jika ingin mengakhiri kehidupan ini dengan baik, maka kita harus menjalani kehidupan ini dengan yang baik pula.Walaupun untuk akhir yang baik itu diperlukan perjuangan yang tidak mudah, penuh dengan ujian, batu sandungan,air mata bahkan diperlukan pengorbanan harta dan jiwa. Namun bukankah perjuangan selalu membuahkan kebahagiaan?

Monday, November 19, 2007

AKU MEMAAFKANMU, PADAHAL.......


Aku Memaafkanmu....

Sebuah kata yang mudah diucapkan, namun ternyata melaksanakannya tak semudah membalikkan telapaktangan. Sebagai makhluk sosial, tentunya dalam berinteraksi dengan orang lain kita pernah menyakiti hati orang lain dan kita pun pernah tersakiti. Maaf merupakan kata yang mudah untuk diucapkan. Seperti karakter Mpok Minah dalam sitkom Bajaj Bajuri yangs elalu mengucapkan kata maaf sebelum ia mengatakan sesuatu. Namun seringkali lisan telah mengucapkan kata maaf tapi hati masih tak rela untuk memaafkan. Malah ketika orang yang sama berbuat kesalahan lagi maka kita akan mengungkit kesalahannya yang dulu, padahal pada waktu itu kita sudah memafkannya tapi kenapa terungkit lagi? Berarti kita belum benar-benar ikhlas memafkannya.



Ada sebuah kisah yang pernah saya dengar tentang dua orang yang bersahabat sebut saja mereka Faiz dan Rahman. Dua orang yang bersahabat itu sedang berjalan-jalan di tepi pantai menikmati indahnya pemandangan tenggelamnya sang matahari. Ada hal yangmenarik yang dilakukan oleh salah satu diantara mereka. Ketika ada perlakuan atau kata-kata Faiz yang meyakiti Rahman, maka Rahman akan berhenti dan menuliskannya di atas pasir, tapi jika ada kata Faiz yang memujinya maka ia akan tuliskan pujian sahabatnya itu di atas batu karang. Ia lakukan itu selama dalam perjalanan sore itu. Faiz merasa aneh dengan kelakuan sahabatnya, Rahman. Kemudian ia menanyakan kepada Rahman apa maksud dari perbuatannya itu. Kemudian Rahman menjelaskan kepada Faiz, ketika ada kata-katamu yang menyinggung dan menyakiti hatiku dan aku memaafkanmu maka aku menuliskannya di atas pasir, itu berarti aku benar-benar memaafkanmu dan berusaha untuk melupakannya seperti air laut yang menyapu tulisan itu. Sebaliknya ketika aku menuliskan sesuatu di atas batu karang, aku menuliskan pujian-pujian atau sesuatu yang membahagiakan yang telah kau katakan kepadaku,karena aku sangat berterima kasih padamu dan tidak akan melupakannya dan suatu saat aku akan melihatnya dan membalas kebaikanmu. Kemudian Rahman mengajak sahabatnya itu untuk menyusuri kembali jalan yang sudah dilaluinya, dan yang mereka temukan hanyalah tulisan yang berada dia atas batu karang, sedangkan tulisannya di atas pasir sudah hilang tersapu airlaut.



Seringkali kita hidup di masa lalu dan tidak bisa berdamai dengan hati sendiri, kita selalu mengingat-ingat kesalahan orang lain yang membuat kita menyakiti hati kita sendiri bahkan ada orang yang membawa sakit hatinya sampai akhir hayatnya. Dan ia sangat tertekan karenanya. Ia tidak merasakan kebahagiaan, seolah-olah dunia ini sempit. Seandainya jika ia mau berdamai dengan hatinya sendiri dan mau memaafkan dengan ikhlas, ia akan merasakan ketenangan dan kebahagiaan.



Terkadang kita salah memaknai kebahagiaan, kebahagiaan diartikan sebagai sesuatu yang dicari dan bisa dirasakan jika kita memiliki semua yang kita inginkan. Padahal ketika seseorang tidak mempunyai apa-apa, ia bisa merasa bahagia ketika ia bisa menerima keadaannya apa adanya. Dan ia bisa bahagia ketika hatinya sudah ikhlas memaafkan orang lain.Untuk bisa memaafkan orang lain dengan ikhlas, kita harus bisa memahami perbedaan bukan menyamakan perbedaan. Seringkali pergesekan terjadi ketika kita berbeda persepsi dengan orang lain, dan kita memaksakan supaya persepsi orang itu sama dengan kita,begitupun sebaliknya. Sehingga bila persamaan persepsi itu tidak terjadi, kita sakit hati karena merasa orang lain tidak bisa memahami kita. Hal ini bertentangand engan maksud Allah SWT, yang menciptakan manusia berbeda-beda untuk saling melengkapi. Sudah sunatullah setiap manusia mempunyai perbedaan. Perbedaan pendapat, perbedaan selera, perbedaan kehendak,perbedaan kepentingan, perbedaan fisik dan lain sebagainya. Bahkan dua orang kembar identik sekalipun pasti ada perbedaannya. Sehingga lumrah saja jika seseorang mempunyai persepsi yang berbeda danmenyikapi sesuatu pun berbeda dengan kita.Setelah kita memahami perbedaan itu, untuk bisa memafkan orang lain kita harus belajar mendengarkan orang lain tanpa menghakimi. Seringkali kita berpura-pura mendengarkan padahal di dalam hati kita sudah menghakimi dan tidak memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menjelaskan latar belakang kenapa ia melakukan semua itu. Mengapa Allah menciptakan telinga 2 , satu di kanan dan satu di kiri sementara Dia menciptakan mulut hanya 1? Karena kita diminta untuk lebih banyak mendengarkan daripada berbicara.



Selain itu agar bisa memaafkan orang lain dengan ikhlas, janganlah selalu mengingat-ingat kesalahannya.Tapi ingatlah kebaikan-kebaikan yang sudah ia lakukan terhadap kita. Percayalah, kebaikannya masih lebih banyak daripada kesalahannya. Tentunya diperlukan kejujuran dan kerendahan hati kita untuk mengakui kebaikan orang tersebut.Dan jika kita belum bisa melakukan itu semua –memahami perbedaan, belajar mendengarkan dan mengingatkebaikannya - maka belajarlah untuk menata hati, agar bisa melakukan semua itu.

Friday, January 26, 2007

HUJAN.......ANUGERAH ATAU BENCANA ?

Tik...Tik...Tik...
Bunyi hujan diatas genting
Airnya turun tidak terkira.....

Itu adalah potongan lagu anak-anak yang sekarang jarang terdengar. Ketika menyanyikan lagu itu, saya merasakan optimisme, semangat, rasa senang ketika turun hujan. Mungkin sekarang jarang terdengar karena ketika musim hujan tiba, ada rasa was-was, ada pertanyaan di benak kita, banjir gak ya? Bahkan daerah yang rumahnya memang langganan terkena banjir, akan bersiap menaikkan barang-barang di rumahnya ke lantai 2 jika bertingkat atau ke atas lemari.

Mungkin sekarang bukan hal yang aneh bagi kita bila melihat di televisi atau mendengar ada suatu daerah yang terkena banjir atau longsor. Bahkan daerah yang dulunya tidak pernah banjir, sekarang ternyata terkena banjir juga. Bencana banjir dan longsor ini terjadi karena sudah banyak kerusakan yang telah kita lakukan terhadap alam ini. Ilegal Logging, penebangan hutan tanpa ditanami kembali, alih fungsi lahan menjadi lahan pemukiman,bantaran sungai menjadi tempat sampah umum, dll. Sehingga tanah sudah tidak sanggup lagi meresap air hujan, terjadi luapan air sungai dimana-mana karena sampah.

Tahun baru ini yang disambut dengan gegap gempitanya suara terompet dan kembang api,diawali dengan terjadinya bencana dimana-mana. Banjir, longsor, luapan lumpur di Sidoarjo yang tak kunjung berhenti, tenggelamnya kapal laut sampai hilangnya pesawat Adam Air.Alam mulai menunjukkan kemarahannya. Kita menganggap alam ini sebagai benda mati yang bebas kita pergunakan tanpa memperhatikan kelestariannya.Kita selalu mengkambinghitamkan cuaca buruk sebagai sebab kecelakaan. Seperti pada tenggelamnya kapal laut atau kecelakaan pesawat,kemungkinan cuaca buruk pasti selalu akan ada. Tapi apakah kita sudah berusaha dengan mempersiapkan alat-alat keselamatan yang memadai,sesuai dengan standar dan terawat, apakah aturan sudah ditegakkan sehingga tidak ada penumpang gelap yang bisa melebihi kapasitas kapal. Tugas kita sebagai manusia adalah berusaha dengan kemampuan terbaik kita, masalah hasil kita serahkan pada Tuhan.Yang banyak terjadi sekarang adalah kita selalu menyalahkan atau menyesalkan hasil yang terjadi, tanpa melihat proses yang kita jalani apakah sudah sesuai dengan yang seharusnya?

Banyak sekali persoalan bangsa ini yang harus kita selesaikan. Dengan semua kejadian ini, kita tersadar ternyata dalam banyak bidang kita masih perlu perbaikan. Buruknya sistem transportasi (darat, laut ataupun udara), sistem telekomunikasi dan informasi (sampai-sampai pejabat tinggi pun tertipu oleh kabar burung),sistem pendidikan, pelayanan kesehatan,peradilan, perekonomian, dll.Marilah kita mulai perbaikan bangsa ini dengan memperbaiki diri kita dan orang-orang di sekitar kita. Walaupun mungkin itu memerlukan waktu yang lama, setidaknya kita sudah berperan dalam perbaikan bangsa ini.

Thursday, November 02, 2006

Menghormati tamu

Setiap Hari Raya Idul fitri tiba, biasanya kami sekeluarga pergi ke rumah nenek di Bandung. Pada saat disana ada perlakuan keluarga di sana saya rasakan menghormati saya sebagai seorang tamu Yang mereka lakukan adalah mengantarkan tamu sampai depan pintu dan melihat kepergian tamu itu ketika akan pergi meninggalkan rumah. Saya kira kami sekeluarga diperlakukan seperti itu karena kami tinggal jauh dari rumah nenek, tapi ternyata hal itu dilakukan kepada semua orang yang bertamu ke rumah nenek, tidak memandang tamu jauh ataupun dekat, saudara ataupun teman atau tetangga, semua diperlakukan sama ketika akan meninggalkan rumah setelah bertamu, maka akan diantarkan sampai depan pintu. Dan tuan rumah akan masuk ke dalam rumah jika tamunya sudah benar-benar pergi. Dengan demikian, tamu itu merasa kedatangannya dinantikan dan kepergiannyapun dihargai, bukan karena diusir. Saya jadi berpikir, saya memang suka mengantar tamu saya ketika mereka akan pulang, tapi itu berlaku pada tamu jauh, atau tamu yang jarang ke rumah sedangkan saudara dekat atau tetangga yang sering datang ke rumah, karena mungkin saya tidak menganggap lagi sebagai tamu, maka saya tidak memperlakukannya seperti seorang tamu, padahal mereka berhak dihormati sebagai tamu. Dari pengalaman pulang kampung itulah, menyadarkan saya bahwa tamu, siapapun dia berhak untuk dihormati dan dihargai, salah satunya dengan cara mengantarkan mereka ketika akan pergi meninggalkan rumah kita dengan santun.

AKHIR KEHIDUPAN

Pernahkah kau berpikir tentang suatu keniscayaan?
Suatu kepastian yang akan menghampiri setiap yang hidup.
Suatu kepastian yang merupakan awal dari kehidupan yang hakiki.
Ya, dialah kematian.
Pernahkah terpikir kapan kita akan mati?
Apakah dua puluh tahun lagi? Lima puluh tahun lagi? ketika sudah renta, rambutmu telah memutih dan kulitmu berubah menjadi keriput? ataukah lima tahun lagi, satu tahun lagi ataukah hari esok atau bahkan detik ini, disaat kau masih kuat, muda dan energik?
Pernahkan terpikir dalam kondisi yang bagaimanakah ketika maut menjemput?
Apakah dalam keadaan sedang mencari keridhoan Ilahi, meniti jalan ketaqwaan ataukah sebaliknya ketika masih berlumuran dosa dan melakukan kemaksiatan (Naudzubillah)?
Apakah akhir dari episode kehidupanmu di dunia akan happy ending, sad ending ataukah bahkan berakhir dengan tragis?
Ketika ajal menjelang,apakah kau akan tersenyum bahagia karena akan segera bertemu dengan Sang Khalik yang ditunggu-tunggu dan orang-orang akan menangis karena ditinggalkan oleh kebaikan-kebaikan yang selalu kita lakukan? Ataukah kau akan terbelalak ketakutan dan menangis atas apa yang telah kau perbuat di dunia fana ini, sementara orang-orang yang kau tinggalkan tertawa bahagia karena pada akhirnya orang yang selama ini mereka benci, yang mereka sumpah serapahi sudah tiada?
Atau diibaratkan seperti tenggelamnya matahari yang menandakan berakhirnya hari. Apakah kita akan mengakhiri hari ini dengan tenggelamnya matahari dengan cerah dan indah sehingga bayak orang yang mengabadikan moment sunset, ataukah akan mengakhirinya dengan hujan badai yang gelap gulita penuh dengan petir, kilat menyambar-nyambar yang ditakuti orang?
Akhir seperti apakah yang akan dipilih?
Itu terserah kepada kita masing-masing, menjalani hidup adalah menjalani sebuah pilihan. Dan setiap pilihan memiliki konsekuensi masing-masing. Manusia diberi akal dan pikiran untuk memilih.Kita selalu melakukan hal yang kontradiktif, menginginkan tujuan akhir yang baik namun menjalani kehidupan dengan tidak baik. Tentunya jika ingin mengakhiri kehidupan ini dengan baik, maka kita harus menjalani kehidupan ini dengan yang baik pula.Walaupun untuk akhir yang baik itu diperlukan perjuangan yang tidak mudah, penuh dengan ujian, batu sandungan,air mata bahkan diperlukan pengorbanan harta dan jiwa. Namun bukankah perjuangan selalu membuahkan kebahagiaan?

Cinta

Cinta datang tiba-tiba
Tanpa mengetuk Pintu
Tapi.. Mengetuk Hati
Tanpa memberi kabar
Tapi..membuat hati berdebar
Tak kenal masaTak kenal usia
Cinta membuat orang mabuk kepayang
Alangkah indahnya jika dirimu dicintai
oleh...seseorang yang kau cintai
Oleh... Yang Maha menguasai Cinta
Oleh...Sang Pemberi Cinta
Itulah cinta yang hakiki
hati yang diselimuti oleh cinta abadi
Dimana kau akan mendapat kebahagiaan yang sejati
Cinta yang tenang
Cinta yang damai
Jangan nodai cinta dengan hawa nafsu
Cinta adalah sesuatu yang agung
Yang dengan cinta itu pula kita merasa hidup lebih hidup
Tanpa cinta kita tidak akan bahagia
tanpa cinta kita tidak akan dilahirkan
tanpa cinta apalah arti hidup ini
Marilah hidup dengan cinta

Di Saat Kau Pergi

Ketika seseorang telah pergi meninggalkanmu
Kau baru menyadari bahwa kau membutuhkannya
Ketika seseorang telah pergi dari sisimu
Kau baru menyadari bahwa kau belum melakukan apapun untuknya
Ketika seseorag telah menghilang dari pandanganmu
Kau baru menyadari bahwa kau belum mengenalnya
Ketika seseorang telah menjauh dari tepat kau berada
Kau baru menyadari bahwa kau menyayangi dan mencintainya
Sebelum sempat kau katakan padanya
Yang bisa kau katakan dan kau lakukan sekarang adalah
Menyimpan kenangan indah bersamanya di dalam hatimu
Merelakan kepergiannya dan mengiringinya dengan lantunan do'a untuk kebahagiaannya serta mengambil pelajaran dari sekelebat waktu ketika masih bersamanya

"selepas maghrib setelah perpisahan dengan seorang teman yang kukagumi"22'07'06-19.05

BUNDA....


Bunda, telah banyak luka yang kutorehkan di hatimu,
Namun tak putus-putusnya kau memohon untuk kebahagiaanku
Sekeras apapun aku membanting tulang dan memeras keringat
Namun tak cukup untuk membayar keikhlasan dalam membesarkanku
bahkan setelah aku berumahtangga, aku masih membebanimu
Bunda, akan kulakukan apapun tuk melihatmu bahagia
bahkan sampai tutup kisahmu di dunia ini
Ya, Allah berikanlah kebahagiaan kepada kedua orang tuaku
Ringankanlah beban mereka
dan bila mereka mendahuluiku,izinkan aku untuk membantu mengantarkan mereka menemui Engkau di Jannah-Mu
Jadikanlah aku sebagai anak yang berbakti
Amiiin....